![]() |
Segelas kopi di pagi hari |
Segelas kopi di pagi hari menemani duduk
di ruang tamu yang dikelilingi tumpukan buku. Seperti motto sebuah perguruan
tinggi swasta di salah satu daerah “bisa dicicil”, itulah yang mengilhami
proses pengelolaan perpustakaan mandiri yang sedang mengalami kevakuman. Ada, tetapi tidak nampak, berdiri namun tak terlihat. Sebuah perpustakaan yang sudah
berdiri sejak dua tahun lebih, mengalami pasang surut sirkulasinya. Ibarat orang
mengadu nasib mengalami kembang-kempis timbul tenggelam. Bahkan kata seorang
guru kami “tidurnya terlalu lama.” Tidak bisa dipungkiri, perihal kegiatan yang
berstatus sosial kemasyarakatan, jika tidak dipupupk oleh semangat baru dari segala
sumber, pasti akan mengalami sebuah stagnan atau hanya terdiam. Terlebih tanpa
adanya sebuah tim yang bekerja di dalamnya.
Membagi waktu antara bekerja dan
berkegiatan bukan hal mudah untuk dilakukan, perlu sebuah manajemen yang baik
mengelolanya. Dasar dari sebuah konsisten adalah rasa suka atau hobi. Jika kita
sudah menyukai sebuah pekerjaan, walaupun pada akhirnya tidak mendapatkan
finansial seperti layaknya menjalani sebuah pekerjaan, namun disisi lain akan
menemukan sebuah kepuasan tersendiri. Fadktor lain adalah miskin ide,
ketidakkreatifan dalam menemukan formulasi untuk menggaet minat masyarakan di
dunia baca bisa menjadi salah satu faktor kevakuman sebuah perpustakaan.
Terlebih lagi dewasa ini semua orang disuguhkan dengan kemudahan-kemudahan
menemukan sesuatu apapun. Mulai dari mencari cara memasak, makanan, bahkan
menemukan barang belanjaan yang diinginkan pun cukup dengan meng-klik dan dalam
hitungan detik sudah bisa diketahui keberadaannya. Cukup mudah bukan?
Sebagai kita yang memiliki kepedulian
terhadap generasi masa depan, tentu kita berfikir secara panjang dan matang
dalam menyikapi hal demikian. Tidak semudah seperti apa yang kita bayangkan
sebelumnya, budaya membaca memang terkesan ketinggalan jaman. Namun, jika kita
tilik secara perlahan dan dari segi kemanfaatan, ternyata jauh ke depan manfaat
yang bisa kita peroleh dari membaca buku sangatlah luar biasa. Mungkin untuk
saat ini kita belum bisa merasakan dampaknya secara langsung, akan tetapi
beberapa waktu mendatang, kita akan dapat merasakannya dampak dari membaca
buku.
Sebagai contoh, dalam sebuah pendidikan/sekolah,
jika kita malas membaca buku, untuk menjawab sebuah soal yang diberikan oleh
guru kita pasti kita akan mengalami kesulitan. Kecuali jika kita memiliki
kemampuan di atas rata-rata, yang diterangkan sekali bisa mengingatnya
berkali-kali. Itu sebuah contoh yang bisa kita jumpai di sekolah-sekolah. Ada
banyak contoh lagi dari manfaat membaca buku lainnya. Yang jelas, dari beberapa
manfaat yang dapat kita ambil, kegiatan membaca buku merupakan hal positif yang
perlu kita biasakan sejak kita mengenal huruf, dengan harapan setelah kita
mulai mengikuti perkembangan jaman, tidak akan ada kata sulit setelah kita
lakukan membaca buku.
Kembali lagi kepada permasalahan tadi,
perpustakaan mandiri yang kami kelola memiliki tujuan yang salah satunya adalah
mendekatkan buku bacaan kepada masyarakat. Sasaran utama adalah warga terdekat
di lingkungan kami berada. Namun kembali lagi kepada rasa sadar masyarakat akan
pentingnya membaca. Menjadi sebuah tantangan bagi kami pengelola perpustakaan
jika sarana dan fasilitas sudah mendukung, tetapi keinginan untuk memanfaatkan
bahan bacaan masih rendah. Tidak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini, yang
namanya kesadaran itu munculnya dari hati dan pemikiran masing-masing. Walaupun
kita memberikan iming-iming berupa hadiah, pada saat itu saja mungkin keinginan
untuk mendekati kami ada. Setelahnya jika tanpa adanya hadiah, entah pergi
kemana. Sekali dua kali hal ini boleh dilakukan sebagai perangsang agar
masyarakat mau mendekat dan mengetahui keberadaan kita, tapi jika dilakukan
secara terus menerus berarti masyarakat kita belum terbuka kesadarannya.
Posting Komentar