NEW Literacy

Matic Pustaka Pringsewu terima ratusan buku hibah dari UPT Perpustakaan Unila

Penyerahan buku oleh ketua panitia Hibah, Bapak Karjoso, S.Sos

Matic Pustaka Pringsewu mendapat tambahan amunisi dari Perpustakaan Unila

Matic PustakaUPT Perpustakaan Universitas Lampung menghibahkan puluhan ribu eksemplar buku ke beberapa instansi/lembaga dan komunitas se-Lampung. Ini merupakan salah satu upaya pemerataan penyebaran koleksi yang dimiliki oleh pihak Perpustakaan Unila karena kelebihan koleksi buku tercetak. Para penerima hibah buku sangat antusias dalam menyambut kegiatan ini. Jumlah penerima Hibah buku tercatat ada 42 titik yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Lampung, meliputi Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Sekolah, Taman Baca, dan Perpustakaan Komunitas. Salah satu penerima hibah buku adalah dari Komunitas Baca Matic Pustaka Pringsewu.

Ketua penyelenggara hibah buku Unila Karjoso S. Sos, menyampaiakan kepada para penerima hibah buku, “semoga buku-buku yang sudah dihibahkan kepada seluruh penerima bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat yang membutuhkan.”

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala UPT Perpustakaan Unila DR. Eng. Mardiana, M.T, “bahwa kegiatan ini merupakan Barang Milik Negara (BMN) yang dimiliki oleh UPT Perpustakaan Unila untuk dihibahkan kepada masyarakat di wilayah Lampung yang membutuhkan bahan bacaan, semoga bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat penerima hibah.” Jumlah buku yg diterima oleh masing-masing instansi berbeda, tergantung kebutuhan dan jumlah yg diusulkan.

Ucapan syukur terucap oleh ketua Komunitas Baca Matic Pustaka, Aminuddin. Ia mengatakan, "dengan adanya hibah buku ini, selaku ketua komunitas mewakili masyarakat Pringsewu sangat berterima kasih kepada UPT Perpustakaan Unila, semoga bisa menjadi tambahan semangat dalam menyebarluaskan informasi melalui buku,  khususnya di Kabupaten Pringsewu dan tentunya berharap juga, semoga banyak masyarakat yang memanfaatkannya" (Amd-MP)

DONGENG IKAN EMAS AJAIB

Matic Pustaka. Dongeng Ikan Emas Ajaib


Pada zaman dahulu kala, di sebuah pulau bernama Buyan, tinggalah sepasang kakek dan nenek yang sangat miskin. Mata pencaharian si kakek adalah mencari ikan di laut. Meski hampir setiap hari kakek pergi menjala ikan, namun hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Suatu hari ketika si kakek sedang menjala ikan, tiba-tiba jalanya terasa sangat berat. Seperti ada ikan raksasa yang terperangkap di dalamnya.
“Ah, pasti ikan yang sangat besar,” pikir si kakek.

Dengan sekuat tenaga si kakek menarik jalanya. Namun ternyata tidak ada apapun kecuali seekor ikan kecil yang tersangkut di jalanya. Rupanya ikan kecil itu bukan ikan biasa, badannya berkilau seperti emas dan bisa berbicara seperti layaknya manusia.


“Kakek, tolong lepaskan aku. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!” kata si ikan emas.
Si kakek berpikir sejenak, lalu katanya, “aku tidak memerlukan apapun darimu, tapi aku akan melepaskanmu. Pergilah!”.
Kakek melepaskan ikan emas itu kembali ke laut, lalu dia pun kembali pulang. Sesampainya di rumah, nenek menanyakan hasil tangkapan kakek.


“Hari ini aku hanya mendapatkan satu ekor ikan emas, dan itupun sudah aku lepas kembali,” kata kakek, “aku yakin kalau itu adalah ikan ajaib, karena dia bisa berbicara. Katanya dia akan memberiku imbalan jika aku mau melepaskannya.”



“Lalu apa yang kau minta,” tanya nenek.
“Tidak ada,” kata kakek.
“Oh, alangkah bodohnya!” seru nenek. “Setidaknya kau bisa meminta roti untuk kita makan. Pergilah dan minta padanya!” Maka dengan segan kakek kembali ke tepi pantai dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari...
Kabulkan keinginan kami!

Tiba-tiba si ikan emas muncul di permukaan laut. “Apa yang kau inginkan, Kek?” katanya.
“Istriku marah padaku, berikan aku roti untuk makan malam, maka dia akan memaafkanku!” pinta si kakek.
“Pulanglah! Aku telah mengirimkan roti yang banyak ke rumahmu.” kata si ikan.
Maka pulanglah si kakek. Setibanya di rumah, didapatinya meja makan telah penuh dengan roti.
Tapi istrinya masih tampak marah padanya, katanya:
“Kita telah punya banyak roti, tapi wastafel kita rusak, aku tidak bisa mencuci piring. Pergilah kembali ke laut, dan mintalah ikan ajaib memberikan kita wastafel yang baru!” kata nenek.
Terpaksa si kakek kembali ke tepi laut dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari...
Kabulkan keinginan kami!

“ups!” ikan emas muncul, “Apa lagi yang kau inginkan, kek?”
“Nenek menyuruhku memintamu agar memberikan kami wastafel yang baru,” pinta kakek.
“Baiklah,” kata ikan. “Kau boleh memiliki wastafel baru juga.”
Si kakek pun kembali pulang. Belum lagi menginjak halaman, si nenek sudah menghadangnya. “Pergilah lagi! Mintalah pada si ikan emas untuk membuatkan kita sebuah rumah baru. Kita tidak bisa tinggal di sini terus, rumah ini sudah hampir roboh.”
Maka si kakek pun kembali ke tepi laut dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari...
Kabulkan keinginan kami!

Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si kakek, “apa yang kau inginkan lagi, kakek?”
“Buatkanlah kami rumah baru!” pinta kakek, “istriku sangat marah, dia tidak ingin tinggal di rumah kami yang lama karena rumah itu sudah hampir roboh.”
“Tenanglah kek! Pulanglah! Keinginanmu sudah kukabulkan.”
Kakek pun pulang. Sesampainya di rumah, dilihatnya bahwa rumahnya telah menjadi baru. Rumah yang indah dan terbuat dari kayu yang kuat. Dan di depan pintu rumah itu, nenek sedang menunggunya dengan wajah yang tampak jauh lebih marah dari sebelumnya.
“Dasar kakek bodoh! Jangan kira aku akan merasa puas hanya dengan membuatkanku rumah baru ini. Pergilah kembali, dan mintalah pada ikan emas itu bahwa aku tidak mau menjadi istri nelayan. Aku ingin menjadi nyonya bangsawan. Sehingga orang lain akan menuruti keinginanku dan menghormatiku!”
Untuk kesekian kalinya, si kakek kembali ke tepi laut dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari...
Kabulkan keinginan kami!

Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si kakek, “apa yang kau inginkan lagi, kakek?”
“Istriku tidak bisa membuatku tenang. Dia bahkan semakin marah. Katanya dia sudah lelah menjadi istri nelayan dan ingin menjadi nyonya bangsawan” pinta kakek
“Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!” kata ikan emas.
Alangkah terkejutnya si kakek ketika kembali ternyata kini rumahnya telah berubah menjadi sebuah rumah yang megah. Terbuat dari batu yang kuat, tiga lantai tingginya, dengan banyak sekali pelayan di dalamnya. Si kakek melihat istrinya sedang duduk di sebuah kursi tinggi sibuk memberi perintah kepada para pelayan.
“halo istriku,” sapa si kakek.
“Betapa tidak sopannya,” kata si nenek. “Berani sekali kau mengaku sebagai suamiku. Pelayan! Bawa dia ke gudang dan beri dia 40 cambukan!”
Segera saja beberapa pelayan menyeret si kakek ke gudang dan mencambuknya sampai si kakek hampir tidak bisa berdiri. Hari berikutnya istrinya memerintahkan kakek untuk bekerja sebagai tukang kebun. Tugasnya adalah menyapu halaman dan merawat kebun. “Dasar perempuan jahat!” pikir si kakek. “Aku sudah memberikan dia keberuntungan tapi dia bahkan tidak mau mengakuiku sebagai suaminya.”
Lama kelamaan si nenek bosan menjadi nyonya bangsawan, maka dia kembali memanggil si kakek: “Hai lelaki tua, pergilah kembali kepada ikan emasmu dan katakan ini padanya: aku tidak mau lagi menjadi nyonya bangsawan, aku mau menjadi ratu.”
Maka kembalilah si kakek ke tepi laut dan berseru”

Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari...
Kabulkan keinginan kami!

Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si kakek, “apa yang kau inginkan lagi, kakek?”
“Istriku semakin keterlaluan. Dia tidak ingin lagi menjadi nyonya bangsawan, tapi ingin menjadi ratu.”
“Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!” kata ikan emas.
Sesampainya kakek di tempat dulu rumahnya berdiri, kini tampak olehnya sebuah istana beratap emas dengan para penjaga berlalu lalang. Istrinya yang kini berpakainan layaknya seorang ratu berdiri di balkon dikelilingi para jendral dan gubernur. Dan begitu dia mengangkat tangannya, drum akan berbunyi diiringi musik dan para tentara akan bersorak sorai.
Setelah sekian lama, si nenek kembali bosan menjadi seorang ratu. Maka dia memerintahkan para jendral untuk menemukan si kakek dan membawanya ke hadapannya. Seluruh istana sibuk mencari si kakek. Akhirnya mereka menemukan kakek di kebun dan membawanya menghadap ratu.
“Dengar lelaki tua! Kau harus pergi menemui ikan emasmu! Katakan padanya bahwa aku tidak mau lagi menjadi ratu. Aku mau menjadi dewi laut sehingga semua laut dan ikan-ikan di seluruh dunia menuruti perintahku.”
Kakek terkejut mendengar permintaan istrinya, dia mencoba menolaknya. Tapi apa daya nyawanya adalah taruhannya, maka dia terpaksa kembali ke tepi laut dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari...
Kabulkan keinginan kami!

Kali ini si ikan emas tidak muncul di hadapannya. Kakek mencoba memanggil lagi, namun si ikan emas tetap tidak mau muncul di hadapannya. Dia mencoba memanggil untuk ketiga kalinya. Tiba-tiba laut mulai bergolak dan bergemuruh. Dan ketika mulai mereda muncullah si ikan emas, “apa yang kau inginkan lagi, kakek?”
“Istriku benar-benar telah menjadi gila,” kata kakek. “Dia tidak mau lagi menjadi ratu tapi ingin menjadi dewi laut yang bisa mengatur lautan dan memerintah semua ikan.”
Si ikan emas terdiam dan tanpa mengatakan apapun dia kembali menghilang ke dalam laut. Si kakek pun terpaksa kembali pulang. Dia hampir tidak percaya pada penglihatannya ketika menyadari bahwa istana yang megah dan semua isinya telah hilang. Kini di tempat itu, berdiri sebuah gubuk reot yang dulu ditinggalinya. Dan di dalamnya duduklah si nenek dengan pakaiannya yang compang-camping. Mereka kembali hidup seperti dulu. Kakek kembali melaut. Namun seberapa kerasnya pun kakek bekerja, hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

DONGENG TELUR EMAS

Matic Pustaka. Dongeng Telur Emas






Di suatu desa ada sepasang suami istri serakah yang membeli seekor ayam yang aneh. Ketika sampai di rumah mereka kehabisan uang. Tiba-tiba ayam itu mengeluarkan sebutir telur emas. Mereka berdua sangat girang lalu menjual telur itu. Kini setiap hari mereka selalu hidup dengan mewah, sehingga uangnya cepat menjadi habis.
Di rumah sudah tak ada persediaan roti sekerat pun. Dan lagi, ayam itu sekarang sudah tidak mengeluarkan telur emas.
"Kalau begitu tak salah lagi, pasti di perut ini ada telur emas, yuk kita potong perutnya," kata sang istri.

"Wah, kau cerdik sekali!" kata sang suami menyetujui usul istrinya.
Si istri memegangi kepalanya, dan si suami mulai menyembelih ayam itu dengan pisau dapur.

"Hei kau, mulai sekarang kita akan hidup enak setiap hari," kata sang suami.
Setelah suami istri memotong perut ayam itu, mereka mencari telur dengan perasaan harap-harap gembira. Tetapi tak ada satupun telur dalam perut ayam itu. Kini, ayam mereka mati, dan tak bisa bertelur lagi.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng Telur Emas ini adalah:

Kalau terlalu serakah, akhirnya akan kehilangan semuanya.
 
Support : KANG ERMAN | Johny Template | SIGER POS
Copyright © 2016. MATIC PUSTAKA - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger