NEW Literacy

Dursila: Di balik kesucian wanita teladan

Dursila: Di balik kesucian wanita teladan


Matic Pustaka. Start jam 20:00 disambi ngipasi anak wedok sampe tertidur dan memindahkan ke kamar terus membaca novel Dursila di ruang tamu. Lanjut ke kamar sampe jam 00:15. Hersa, Sarah, Alin, Kayla, Melina, pak Saya, pak Han, Mbah Kakung, Mbah Uti, mas Tono adalah semua pemeran dalam cerita Dursila. 


Dursila: di balik kesucian wanita teladan

Satu lagi koleksi novel terbaru karya seorang teman dari Wonogiri selesai kulahap dalam waktu semalam. Yang biasanya untuk menyelami bacaan mungkin satu atau dua lembar saja sudah enggan melanjutkan, namun karena yang satu ini buku spesial langsung dari penulisnya dan kebetulan mengalami beberapa proses untuk sampai ke tangan ini mulai dari pemesanan hingga pendistribusian pun sempat terselip diantara tumpukan buku dan barang barang lainnya. Yah maklum saja, pas buku sampai di alamat kami, bertepatan dengan waktu pindahan gedung perpustakaan. Dan bukan saya yang menerima dari pak satpam, tetapi teman sekerja saya. Jadi sempat nyelip dan lama ketemunya. Kami komunikasi dengan kawan penulis bahkan sempat juga mendatangi kantor jasa pengiriman, ternyata memang sudah tiba jauh hari sebelumnya. Cek sana sini konfirmasi ke teman dan pak satpam, memang benar kiriman buku itu sudah diterima dan belum konfirmasi ke saya. Ditunggu dua hari dari waktu konfirmasi ke kantor jasa pengiriman JNE, jika belum ketemu akan dikirim ulang oleh kawan penulis, dan gratis. Wah baik bangat kawan penulis saya satu ini. Hari berikutnya saya komunikasikan dengan teman sekerja yang menerima kiriman paket, kabar baik masih saya terima alhamdulilah kalau rezeki tidak kemana. Penjelasan dari teman memang dulu (sebelum pindahan) ada paket masuk, tapi karena semua sibuk jadi belum sempat mengabari, paketan disimpan rapi di lemari skripsi. Pagi harinya langsung saya datangi lemari skripsi yang dimaksud, dan masih terbungkus utuh paketan buku. Langsung saya poto untuk mengabari ke kawan penulis di Wonogiri.

Kiriman dari seorang penulis/sastrawan

Dua judul buku karyanya sudah di tangan saya, satu judul antologi puisi, dan satu lagi sebuah novel dewasa berjudul Dursila. Dari judulnya saja saya tidak maksud dan tidak menanyakan ke penulisnya, tapi melihat covernya saya merasa tertarik untuk membacanya. Sebuah novel dewasa dengan jumlah halaman 250, ditulis oleh seorang sahabat peserta pelatihan instruktur literasi nasional dari Wonogiri. Setelah paragraph demi paragraph, lembar demi lembar bahkan bab demi bab dibuka dan dibaca membawaku seolah-olah sedang di daerahnya.

Mengisahkan seorang wanita ASN/PNS yang mengabdikan dirinya ke sebuah lembaga pembinaan mental dan spiritual tempat orang-orang bermasalah, yaitu di LP kelas IIB memiliki keinginan menuliskan sebuah karya dari pengalamannya sehari-hari sebagai panutan/teladan bagi warga binaannya. Meminta bantuan untuk diajari kegiatan tulis-menulis oleh seorang aktifis/seorang sastrawan di daerah tersebut. Hersa adalah seorang pegiat literasi yang berkecimpung di dunia sastra dan membina beberapa komunitas, termasuk juga warga binaannya di sebuah LP. Awal perkenalannya dengan Sarah (seorang ASN/PNS) di sebuah grup WA para Pembina warga. Dilanjutkan dengan pertemuannya di sebuah warung bakso pak Solan, yang sudah bertahun-tahun berjualan bakso dan menjadi langganan Hersa dan keluarga. Pembicaraan singkat mereka berdua berlanjut dengan chat via smartphone. Chatting mereka berdua hampir setiap saat berlangsung, bahkan sampai keluarganya pun di nomor duakan. Hari demi hari pun mereka lalui dengan alas an berkegiatan untuk membina warga yang orang lain ketahui adalah memang benar pekerjaannya. Akan tetapi tidak dalam kenyataannya mereka hanya menuruti nafsu keduanya.


Permainan edukatif seni lukis pada media Styrofoam



Melatih jiwa seni anak dengan permainan edukatif

Matic Pustaka. Di tengah hiruk-pikuk gemerlapnya suasana opening ceremony dalam rangka memeriahkan hari jadi Kabupaten Pringsewu-Lampung yang menginjak usia satu dasawarsa, kami menyempatkan untuk turut serta mengambil bagian dalam kegiatan tersebut dengan menjadi pengunjung. Sore itu persiapan dari masing-masing stand pameran, termasuk stand untuk tiap satker (satuan kerja) sebagian sudah siap untuk dikunjungi, ada sebagian lagi masih dalam tahap penyelesaian bahkan ada yang masih berantakan. Terlihat dari kesiapan masing-masing tim pelaksana yang kurang kompak. Namun demikian, mereka tetap konsekuen menyelesaikannya hingga waktu pembukaan dimulai, yakni pukul 21.00. Para pengunjung mulai berdatangan hingga pada saat dibukanya acara masih berjubel kendaraan keluar masuk area parkir. Pedagang kaki lima hingga pedagang kantoran ramai menggelar lapak dagangannya di event itu. Dalam keliling kami, ada salah satu stand di luar area satker dinas, stand dari perorangan yang menyelenggarakan wahana edukasi berupa Styrofoam yang dijadikan media mewarnai/melukis kelas anak-anak dengan menggunakan cat air. Banyak karakter yang ditawarkan sebagai pilihan anak-anak usia pra sekolah, TK, hingga SD kelas rendah. Diantara gambar karakter tersebut, ada; Hello Kitty, Dora Emon, Barbie, Tayo, Power Rangers, binatang dan pemandangan alam.

 
Hasil melukis Aliya, dipajang di kamarnya

Hanya dengan mengeluarkan kocek Rp 15.000 adik-adik kita sudah bisa mencoba mengekspresikan emosionalnya melalui kegiatan lukis pada media Styrofoam. Bukan pada hasil semata yang didapat, akan tetapi proseslah yang akan selalu diingat oleh anak-anak kita. Bahwasanya moment seperti ini akan membekas dan menjadi pengalaman baru bagi anak-anak usia prasekolah. Walaupun mungkin untuk usia sekolah, sudah sering mengikuti perlombaan mewarnai dan menggambar di sekolah mereka, namun untuk usia prasekolah bisa jadi ini merupakan pengalaman pertama yang akan selalu diingatnya. Jadi kegiatan positif seperti ini hendaknya selalu didukung oleh para orang tua dan pendidik agar anak-anak kita ke depan dapat mengeksplore kemampuan diri yang salah satunya dengan kegiatan seni lukis. 

Selain bisa dijadikan wahana hiburan, tempat ini juga bisa menjadi sarana orang tua untuk melakukan pendidikan anak semisal memperkenalkan nama-nama warna dasar, menjelaskan bentuk dan karakter objek yang dipilih anak, melatih kesabaran si anak dalam menggoreskan kuas pada media lukis, dan sarana komunikasi intens bersama anak pada saat mengarahkan anak menuangkan cat. Pendidikan literasi usia dini pada anak sangat berpengaruh pada kegiatan literasi lanjutan, karena sejatinya pendidikan diawali dari keluarga yang kemudian dilanjutkan pada lembaga pendidikan formal maupun non formal. Dan orang tualah sebagai guru permanen terhadap kelangsungan pendidikan pada anak-anaknya. Sebagus dan semewah apapun sekolahan di luar keluarga, akan lebih penting pembelajaran di rumah/lingkungan keluarga.
Amd-MP
 
Support : KANG ERMAN | Johny Template | SIGER POS
Copyright © 2016. MATIC PUSTAKA - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger